Suara ketukan dibalik pintu membuat mata yang teramat berat ini harus terbuka. Ah, rasanya baru memejamkan mata sesaat, padatnya kegiatan membuat kami dapat tidur terlelap. Sejuknya udara pagi hari berhasil meraba jiwaku. Derai yang cukup deras dari aliran sungai di seberang kamarku juga berhasil mentrentamkan hati ini untuk memulai cerita hari ke-3 di Negara Api. Hal ini tidak mengurangi untuk bergegas di hari ketiga, jika terlambat maka life point yang akan dikurangi.

Pagi ini aku sangat terkejut dengan kehadiran sepucuk surat yang datang dibawah pintu secara misterius. Tidak ada alamat pengirimnya. Dan ternyata semua kamar mendapat surat yang sama. Sepucuk surat yang berisi teka-teki, petunjuk untuk mencari harta karun. Semangat! Kami harus semangat, karena pagi ini kami akan mencari harta karun yang sudah disebar sebelumnya oleh pejabat Negara Api. Kami lumayan cukup kesulitan untuk mencari harta karun yang tersembunyi, benar-benar dibutuhkan kepekaan, pengorbanan, team work, dan konsentrasi yang cukup tinggi. Setelah sekian lama mengitari Negara Api yang cukup luas ini, akhirnya kami berhasil menemukan satu per satu bagian dari harta karun. Meskipun sebelumnya kami sempat merasa frustasi dan lelah. Usai sudah pencarian harta karun kami, saatnya bergegas pergi ke ruang makan untuk sarapan. Senang rasanya mendapat sarapan gratis akibat hadiah yang diterima oleh Kota Munir, menambah kelezatan cita rasa yang ada.

Setelah selesai sarapan, kami bersiap untuk sesi foto (lagi) dengan konsep yang tentu berbeda dengan hari kemarin. Konsep hari ini ala-ala diskusi gitu hehe… Disela sesi foto aku dan beberapa teman lainnya seperti Kak Vega dari Pontianak, Aldo dari Sawahlunto, Yori dari Mentawai, Kak Febrian dari Padang dan Kak Icha dari Pariaman diminta tapping untuk sebuah video yang mungkin akan ditayangkan pada penghujung acara. Sesi foto pun sudah selesai, dilanjutkan dengan permainan yang bernama Play the ball.. (basket ball, volley ball, football and baseball) memeragakannnya dan menunjuk kelompok lainnya.Permainan ini membutuhkan kekompakkan dan konsentrasi yang tinggi.

Suasana sudah mencair dan di mulai panel diskusi tentang Siklus Perencanaan dan Penganggaran Tahunan dan Bagaimana Cara Melakukan Sebuah Advokasi yang difasilitasi oleh perwakilan legislatif negara. Bapak dewan menjelaskan proses panjang pembuatannya, kami menyadari betul bahwa ternyata hal ini banyak sekali dari kami yang belum tahu, lantas kami masyarakat lain pun belum paham bahwa adanya proses panjangnya. Berkaitan dengan materi pada panel diskusi sebelumnya kami diajak merasakan simulasi dengan membuat sebuah action plan berdasarkan illustrasi sebagai bahan study kasus yang dituangkan dalam selembar kertas flipchart. Kegiatan ini dilakukan di masing-masing kota.Ada 9 langkah dalam melakukan advokasi. Kami wajib melakukannya tiap langkah-langkahnya. Di tengah proses pengerjaan, kami mengehntikan segala aktifitas karena jam menunjukkkan pukul 12.15 WIB maka kami bergegas untuk makan siang serta sholat dzuhur. Pukul 13.15 WIB kami kembali ke ruangan untuk memulai hasilnya. Setiap kelompok mempresentasikan hasilnya di depan, dan teman-teman lain menanggapi dan sama-sama mengevaluasi. Selanjutnya kami disuguhkan sebuah video yang dapat menggugah semangat advokasi kami dengan trick yang lebih kekinian dan cenderung tidak membosankan. Video tersebut mengisahkan tentang aksi unjuk rasa yang ditunjukan oleh beberapa pemuda Kanada, dimana mereka menuntut pemerintah untuk mengatasi issue produk tembakau yang menjadi penyebab kematian kurang lebih 123 jiwa per harinya. Aksi tersebut mungkin bisa kusebut dengan theatrical demonstration, sebagian dari mereka berperan sebagai mayat dengan berbagai properti, ada juga yang melakukan speak up didepan publik dengan membanting dan menginjak satu buah bungkus rokok. Kemudian mereka juga membuat sebuah black angle pada hamparan salju dihalaman salah satu kantor wali kota disana. Dan yang terpenting ialah dari aksi itu semua, media TV menyorotnya, sehingga public menjadi tahu bahwa permasalahan rokok ialah permalaham bersama Selain dari Kanada, ternyata ada pula video dari Indonesia. Menariknya adalah yang melakukan salah satu dari bentuk advokasi ini adalah siswa SMP, dengan membuat suatu gerakan untuk mencopot spanduk atau pamflet iklan rokok dilingkungan sekitar sekolah. Seperti diwarung, tembok sekolah, tiang listrik dan lain-lain. Bukan hanya itu siswa sekolah tersebut menggandeng Pak Lurah untuk ikut bersama melakukan aksi. Selain itu ada pula yang membuat sebuah aksi Flash Mob dan teatrikal anti rokok. Wah kekompakkan, komitmen, serta konsistensi mereka patut diacungi jempol.

Usai pemutaran video, dilanjutkan dengan panel diskusi bersama mbak Iyet, mas Aan dan kak Resa. Ketiganya berbicara mengenai kiat-kiat beradvokasi melalui media baik massa dan sosial. Mba Iyet membahas tentang bagaimana cara bekerjasama dengan media advokasi. Mbak Iyet juga menyatakan bahwasanya kita perlu membangun hubungan yang baik dengan para awak media, salah satunya adalah wartawan. Jadikanlah mereka teman namun bukan teman yang hanya dicari jika kita butuh, harus ada simbiosis mutualismenya. Hal ini juga masuk kedalam salah satu strategi dari 9 point untuk berinteraksi dengan media. Kemudian dengan bangga Mbak Iyet menunjukkan sebuah fakta pada kami bahwa ternyata sudah ada beberapa media yang menjadi role pro tobacco, salah satunya adalah Lippo Group yang dengan tegas menolak penerbitan iklan rokok dalam produknya. Terimakasih Lippo Group atas konsistensinya, aku bangga. Mas Aan pun mengeluarkan pendapat bahwa memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik pada saat proses lobby, negosiasi, juga menguasai komunikasi persuasif maka hal ini mampu menjadi salah satu sumber kekuatan bagi kita untuk beradvokasi melalui media. Sementara itu kak Resa membahas tentang bagaimana kekuatan media sosial dalam melakukan sebuah advokasi, namun sebelum itu kita harus paham betul apa dampak dan benefit yang ditimbulkan oleh media social yang kita gunakan, melihat peluang dari sudut prime time sesuai dengan daerah masing-masing. Karena di setiap daerah pasti berbeda-beda pula kondisinya.

Setelah selesai berdiskusi ceria pada panel diskusi diatas, kami break sejenak karena sudah masuk kedalam waktu sholat ashar. Kemudian kami kembali lagi ke ruang pertemuan dan kembali mendapatkan materi dari Mbak Iyet mengenai bagaimana membuat sebuah key massege sebagai pesan dari sebuah rangkaian advokasi. Menyenangkan bukan? Bisa mendapat berbagai ilmu yang belum tentu diajarkan di sekolah atau dimanapun. Tidak lama kami pun kembali istirahat untuk sholat magrib dan makan malam.

Sebelum membubarkan diri, Pak Presiden kembali hadir ditengah kami. Beliau kembali mengeluarkan keputusan untuk pajak pangan akan dihitung per kota dengan membayar sejumlah 8 token. Kemudian kami para warga merasa keberatan, akhirnya kami berembuk bersama walikota dan legislatif untuk menyampaikan aspirasi. Lalu legislatif mengadakan rapat dan meminta kepada Pak Presiden untuk memberi diskon sebesar 50%, dan akhirnya dengan berbagai argument mengenai hal tersebut berdatangan dari para legislatif dan Pak Presiden pun menyetujui. Setidaknya, ini bisa menghemat pengeluaran kami namun tetap bisa menjaga perut kami.

Setelah selesai makan malam, kami langsung bergegas kembali ke ruang pertemuan untuk mendengarkan evaluasi kegiatan yang difasilitasi oleh yudikatif. Banyak progress yang kami alami disini, mulai dari memahami bagaimana dunia birokrasi dan diplomasi yang ada, kemudian bagaimana kami merubah mindset yang tidak hanya bisa meminta kepada negara tetapi memberi kepada negara, dalam hal ini kami turut berperan aktif dalam memberikan kontribusi dalam bidang apapun. Tentunya dengan strategi cerdik yang kami miliki.

Usai evaluasi, kami diberikan waktu untuk melakukan persiapan simulasi dari action plan yang telah kami buat sebelumnya dihari esok. Ditengah kesibukan mempersiapkan simulasi untuk keesokan harinya, tiba-tiba Pak Presiden kembali muncul dengan berbagai keputusannya dan menawarkan diri untuk membeli totem yang kami miliki. Namun tak ada satu pun yang mau merelakan totemnya. Kemudian Pak Presiden memanggil para Walikota untuk berkumpul, kemudian dengan alasan membagikan tunjangan hari raya api beliau membagikan sejumlah token kepada Walikota. Sontak semua kebingungan, apa maksud dari semua ini, ditambah beliau menyatakan apabila para Walikota tidak menerima token yang diberi maka mereka akan dipecat dan kekuasaan Walikota diambil alih oleh Presiden.

Tanpa basa-basi para legislatif langsung mengadakan rapat amandemen UUDNA sementara menunggu para legislatif selesai rapat, kami para warga berusaha mengulur waktu dengan berdialog dengan presiden. Kemudian legislatif tiba dan membacakan hasil dari rapat yang telah ditanda tangani oleh para legislatif yang kemudian disambut penolakan tegas dari Pak Presiden. Kericuhan pun tak bisa terhindari, keadaan semakin memanas tatkala Pak Presiden memecat salah satu Walikota yang menolak sejumlah token dengan jumlah yang jauh lebih banyak dan itu tentu tidak masuk diakal. Belum lagi pemecatan Sekertaris Negara, begitu mencengangkan. Ditambah pencoretan life point untuk Walikota dan Sekneg tersebut, serta ada salah satu Walikota yang menyanyikan sebuah lagu perjuangan guna menyindir Presiden bahwa keputusannya tidak benar, ikut tercoret life pointnya. Membuat kami semakin geram, salah seorang legislatif membacakan sebuah puisi untuk Presiden. Beliau hanya bisa tersenyum dan pergi meninggalkan kami. Kami menutup malam itu dengan membuat sebuah pola lingkaran dan saling berpegangan tangan ditengah kegelapan diiringi sebuah lagu yang berjudul Syukur. Malam yang cukup melelahkan bagi kami, namun tetap menyenangkan. Kericuhan ini tidak membuat kami putus asa tetapi semakin tertantang untuk tetap survive di tempat yang penuh dengan kejutan ini, Negara Api. Karena hari ini kami mendapati bahwasanya advokasi merupakan seni yang mampu mengubah from noice to voice. Maka kami pun memutuskan untuk rapat besar secara tersembunyi untuk merumuskan rencana aksi unjuk rasa yang elegan kepada Presiden yang kami beri nama aksi cinta. Ini adalah langkah kecil yang kami lakukan untuk menyuarakan segala macam keresahan kami, karena kami tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dikeesokan hari. So, what do you waiting for? Act now!

Mulyani Pratiwi