Don't look a book by its cover. 
Begitulah kata pepatah. Citra Demi Karina boleh saja berbadan mungil nan menggemaskan. Usianya pun belum ada seperempat abad, baru 23 tahun. Namun siapa sangka di balik itu semua Citra telah menebar banyak inspirasi lewat keaktifannya dalam pengendalian tembakau.

Tidak banyak anak muda yang terjun di bidang ini namun Citra justru anti mainstream. Saat banyak anak muda cuek bebek dalam menanggapi masalah tembakau di Indonesia, ia justru melawan arus. Di tengah-tengah kesibukannya sebagai mahasiswi pendidikan matematika di Jakarta, ia aktif di Gerakan Muda FCTC (Framework Convention on Tobacco Control) dalam menyuarakan pengendalian tembakau sejak 2015. Kepeduliannya terhadap generasi muda menjadi kunci mengapa ia mendalami bidang ini.

Berbagai kegiatan terkait pengendalian tembakau telah dilakukannya, bahkan sejak SD. Saat kelas 5 SD (2003), ia menjadi runner-up  lomba penyuluhan dokter kecil tingkat Kecamatan Kembangan. Yang menarik, tema yang diangkat adalah tentang dampak bahaya rokok. Beranjak dewasa, aksinya semakin matang. Pada 2015, ia pernah menulis surat untuk Ahok yang berisi tentang harapan RPTRA (Ruang Pelayanan Terpadu Ramah Anak) Jakarta terbebas dari keterlibatan perusahaan rokok yang dimuat di koran Republika dan Pos Kota. Ia juga menjadi pembicara dalam workshop ngobrol lintas generasi sebagai aktivis muda pengendalian tembakau yang diselenggarakan oleh Lentera Anak pada April 2016.

Puncaknya, ia berhasil terpilih sebagai 1 dari 20 pembaharu muda FCTC, menyisihkan 180 anak muda lainnya dari seluruh Indonesia pada awal 2016. Terpilihnya sebagai pembaharu membuat ia mendapatkan tugas untuk melaksanakan aksi kreatif di Jakarta terkait pengendalian tembakau dan aksi nasional berupa surat untuk presiden. Akhirnya dari April hingga Mei 2016 ia berhasil melakukan penyuluhan dampak bahaya rokok sembari mengumpulkan 1.092 lembar surat dari 3 SD, 3 SMP dan 4 RPTRA di Jakarta dan 1 SD di Desa Bojong, Tenjo, Bogor. Berisi tentang harapan kepada presiden untuk melindungi anak-anak dari asap rokok, surat-surat ini nantinya akan dikumpulkan dengan surat-surat lainnya dari berbagai daerah di Indonesia untuk kemudian diberikan kepada Jokowi. Harapannya, Jokowi mau menandatangani FCTC, perjanjian internasional tentang pengendalian tembakau agar generasi muda terlindungi. Nyatanya, Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia yang belum menandatangani FCTC.

Hebatnya, prestasi Citra tidak hanya berkisar di dunia pengendalian tembakau saja, tetapi juga di luar itu. Citra tercatat sebagai bendahara Forum Anak DKI Jakarta 2011-2013. Ia juga terpilih sebagai delegasi provinsi untuk Forum Anak Nasional 2011 dan Kongres Anak Indonesia 2012. Hal membanggakan lainnya adalah Citra merupakan pribadi yang mandiri. Sejak 2010-2016 ia telah mampu membayar biaya sekolah dan kuliahnya dari hasil keringatnya sendiri sebagai instruktur muda pramuka di SD.

Citra menjadi bukti bahwa inspirasi bisa datang darimana saja, termasuk dari mereka yang berjuang melindungi generasi muda dari asap rokok. Perjalanannya demi menatap generasi muda bebas rokok masih panjang. Butuh banyak tangan karena ia tak bisa sendiri. Meski begitu, ia percaya proses akan menjadikannya nyata. 

Di balik anak hebat ada ibu yang hebat, termasuk Citra. Dukungan sang ibu berperan besar dalam perjalanannya. Ternyata kata-kata sang ibu, "Kamu harus menjadi pemutus segala yang buruk di keluarga kita. Salah satunya kepayahan dalam pendidikan." menguatkan setiap langkah kakinya.

Sumber