JAKARTA - 
Dampak negatif merokok bukan hanya dirasakan oleh perokok aktif, tapi juga oleh perokok pasif. Berdasarkan data dari Riskesdas 2013, sedikitnya 25.000 angka kematian di Indonesia terjadi pada perokok pasif akibat menghirup asap rokok.

Asap rokok mengandung kurang lebih 4.000 zat berbahaya yang mengganggu kesehatan seperti karsigenik, benzopiren, formaldehid, sianida, dan amonia. Zat-zat itu juga banyak ditemukan di bahan pembersih dan racun tikus.

Bila seseorang menghirup asap rokok, zat-zat tersebut akan masuk ke tubuh sehingga menyebabkan berbagai penyakit di berbagai tingkat usia. Pada bayi yang menghirup asap rokok risikonya antara lain meningkatkan kemungkinan terkena asma, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), infeksi telinga, dan sindrom kematian mendadak. Sedangkan pada ibu hamil, asap rokok bisa menyebabkan keguguran dan kelahiran prematur yang memiliki masalah di kemudian hari.

Baik perokok pasif maupun perokok aktif memiliki tingkat bahaya yang sama, tidak ada level amannya. Tapi, perokok pasif selalu menjadi korban penyakit. Seorang bapak bernama Zainudin harus menjalani operasi kanker pita suara dan jakun karena tinggal di lingkungan yang penuh asap rokok.

Untuk tetap menjalani hidup, kini ada sebuah lubang yang berada di bawah lehernya agar dia bisa bernapas dan berbicara. Hal itu membuat suara pria yang berumur 44 tahun itu terdengar seperti robot.

Melihat banyaknya masalah yang bisa ditimbulkan oleh asap rokok, perokok pasif rasanya harus memiliki keberanian untuk menegur orang-orang yang merokok di sekitarnya. Terlebih saat ini sudah ada peraturan yang mendukung larangan merokok di ruang publik. Selain keberanian dari perokok pasif, perokok aktif pun harus menyadari bahaya yang dia timbulkan apabila merokok di tempat umum.

“Langkah paling baik sebenarnya adalah berhenti merokok. Bahkan jika seseorang merokok di ruangan terpisah, apabila dia masuk ke ruangan yang dipenuhi banyak orang tetap membahayakan. Sebab bau asap rokok masih menempel di seluruh bagian tubuh seperti rambut, baju, dan celana. Di dalam bau yang menempel itu sebenarnya tersimpan partikel-partikel yang mengandung zat-zat berbahaya,” ungkap dokter spesialis paru, dr Feni Fitriani Taufik, Sp.P(K) saat ditemui dalam sebuah diskusi publik, Rabu (9/8/2017) di kawasan Jakarta Pusat.

Bau yang menempel itu disebut sebagai third hand smoke di mana tetap memiliki risiko untuk menyebabkan penyakit apabila terhirup dan masuk ke dalam tubuh. Untuk itu, agar tidak membahayakan dirinya maupun orang lain, perokok aktif harus berusaha menghentikan kebiasaannya. Lepas dari rokok memang bukanlah hal yang mudah. Perlu tekad yang kuat dalam diri si perokok.

Menurut dr Feni, saat seseorang mencoba berhenti merokok, dia akan merasakan perasaan gelisah, sulit tidur dan berpikir, pencernaannya terganggu, dan masih banyak lagi. Hal itu dikarenakan rokok mengandung zat nikotin yang menyebabkan kecanduan.

“Rasa ketidaknyamanan itu biasanya berlangsung kurang lebih selama 4 minggu. Setelahnya orang mulai terbiasa,” kata dr Feni. Akibatnya bila seseorang tidak kuat dengan rasa ketidaknyamanannya, dia akan kembali merokok.

Cara lain yang bisa dilakukan adalah mengingatkan para perokok untuk berhenti dari kebiasaannya. Cara ini bisa dilakukan oleh keluarga atau orang terdekatnya. Bila diingatkan terus menerus tanpa merasa bosan, secara tidak sadar hal itu akan memberi pengaruh kepada perokok agar berhenti merokok.

Sumber: Okezone.com