Jakarta: Regulasi pengendalian tembakau yang masih sangat lemah di Indonesia dan tingkat prevalensi perokok yang terus meningkat menjadi pemantik ketertarikan produsen multinasional.

Tren akuisisi industri rokok multinasional terhadap industri rokok nasional di Indonesia akan terus terjadi. Sebabnya, Indonesia dianggap jadi pasar potensial bagi industri tembakau.

"Industri rokok multinasional tahu betul Indonesia pangsa pasar untuk pemasaran rokok yang paling menggiurkan di dunia. Mereka akan mengincar produsen-produsen rokok nasional untuk diakuisisi," kata Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi seperti dikutip Antara, Selasa 8 Agustus 2017.

Menurut Tulus, Indonesia menggiurkan bagi industri rokok multinasional karena mereka tahu regulasi pengendalian tembakau di Indonesia masih sangat lemah. Sementara itu, di negara asal, industri rokok multinasional mulai tergencet oleh aturan ketat pembatasan tembakau.

Selain itu, prevalensi perokok remaja dan anak-anak di Indonesia cenderung meningkat. Remaja dan anak-anak Indonesia merupakan sasaran industri rokok multinasional untuk menjadi pangsa pasar mereka.

"Nilai ekonomi yang diperoleh tidak setara dengan dampak sosial ekonomi yang didapat. Seharusnya pemerintah dan masyarakat Indonesia menyadari hal itu," katanya.

Sebelumnya, Japan Tobacco Inc dikabarkan telah melakukan akuisisi dengan membeli 100 persen saham dua anak perusahaan PT Gudang Garam, yaitu PT Surya Mustika Nusantara dan PT Karyadibya Mahardhika, dengan USD667 juta. Namun, sejauh ini belum ada konfirmasi resmi dari pihak Gudang Garam.

Aksi korporasi perusahaan rokok multinasional dengan mengakuisisi kepemilikan saham perusahaan rokok nasional sebelumnya dilakukan Philip Morris Internasional terhadap PT HM Sampoerna.

Tulus menduga aksi korporasi tersebut oleh sebagian kalangan akan dianggap sebagai hal positif dari sisi ekonomi dan investasi karena semakin menggerakkan sektor riil. "Padahal, jika dicermati secara mendalam, hal itu justru akan menimbulkan potensi bencana ekonomi dan sosial bagi Indonesia, baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang," katanya.

Sumber : MetroTV News