Aktivis Anti Rokok, Fuad Baradja menggaungkan kepada seluruh anak muda, agar sedari kecil menjauhi rokok sebelum menyesal di usia muda. Rokok adalah pembunuh di tingkat pertama, dengan buang-buang uang percuma.

Tingkatan candu berbahaya mulai dari urutan terbawah, kopi, alkohol, heroin, morfin dan nikotin (rokok). "Ada 11 pasien saya, mereka pecandu narkoba, melalui rehabilitasi, mereka bisa berhenti, tapi untuk berhenti merokok mereka menyerah. Coba bayangkan itu berbahayanya," ujar dia saat mengisi talkshow di Sekolah Muhammadiyah Kebayoran Baru, Selasa (10/10) siang.

Fuad sendiri merupakan mantan seorang pecandu rokok, yang akhirnya berhenti karena pernah sakit karena rokok. Akhirnya, ia mendedikasikan hidupnya sebagai seorang aktivis antirokok, untuk mengajak seluruh masyakat Indonesia menjauhi rokok.

Kemudian datang sebuah penelitian yang dilakukan di Cina, Afrika Selatan, dan Solo (Indonesia), terhadap seekor monyet yang kecanduan akibat rokok. Monyet itu hanya diam saja di kandangnya, seolah tidak bergairah, tetapi ketika diberi rokok, ia baru lincan bergerak lagi.

Ini sebenarnya sama seperti apa yang terjadi pada manusia. Bahkan, ia pernah bertemu secara langsung dengan Aldi Rizal, seorang anak yang tinggal di salah satu wilayah di Sumatera Selatan. Mirisnya, ia sudah merokok sejak umur 11 bulan, dimana rokok ini merupakan gerbang efektif menuju narkoba.

Jadi, Indonesia dibuat miris dengan fakta-fakta mengejutkan di lapangan. Jika dikaitkan dengan sedekah, Fuad mulai melakukan hitung-hitungan berapa triliun rupiah uang yang dihamburkan untuk memberi barang yang dibenci oleh Allah SWT itu. Apalagi kalau sudah candu, mereka harus beli tiap hari, dan banyak hal lain yang terpinggirkan.

Ia sering melihat, banyak sekali pemulung di jalan yang merokok. Padahal, pendapatan mereka hanya Rp 50 ribu per hari, sementara mereka merokok bisa dua bungkus setiap hari atau sekitar Rp 30 ribu mereka harus sisihkan uang mereka untuk rokok.

Fuad teringat kala dirinya mendapat cerita tentang seorang model iklan rokok, yang mengunjungi sebuah pabrik rokok di Amerika Serikat. Pemilik pabrik tidak ada yang merokok, dan itu sudah hampir di semua pabrik rokok Indonesia.

Di Amerika ada tiga orang pemilik pabrik rokok mati karena rokok yang mereka produksi itu. Di Indonesia juga ada pemilik pabrik rokok yang mati karena kanker lidah.

Di Amerika, waktu itu, ada seorang model iklan rokok, yang datang ke pabrik rokok. Di sana, ia tidak melihat ada karyawan pabrik yang merokok. Ketika ditanya, apa jawaban mereka? "We don't smoke, we just sell that shit. We sell for young, poor, and stupid people," papar mantan pemeran ayah Jun dalam sinetron Jin dan Jun itu.

Berdasarkan data Kemenkes, 90 juta penduduk Indonesia adalah perokok. Jika misalnya saja, Fuad mengasumsikan, penduduk muslim Indonesia 80 persen, ini berarti 72 juta perokok adalah muslim. Dan mereka menghabiskan rokok per harinya misalnya saja dengan satu bungkus rokok yang kisaran harganya Rp 11-20 ribu.

Misal kita sama ratakan, mereka menghabiskan satu bungkus rokok dengan harga Rp 15 ribu. Ini artinya, setiap hari Muslim Indonesia sudah mengeluarkan uang Rp 1,08 triliun untuk beli rokok.

"Saya pernah lihat spanduk di pinggir jalan gitu, tulisannya selamatkan kaum muslimin kelaparan di Afrika. Itu saya foto dan saya buat meme. Sedih sih lihat ini, tapi lebih sedih lihat umat Muslim habiskan uang Rp 1 triliun untuk merokok setiap hari. Padahal, totalnya setahun Rp 400 triliun, dan akan lebih bermanfaat jika disedekahkan," papar Fuad.

Indonesia, sebetulnya tinggal diedukasi secara menyeluruh. Karena anak-anak yang merokok, saat ini sudah tinggi sekali jumlahnya. Dan kebanyakan dari mereka ini mencontoh orang tua mereka.

Bungkus rokok yang ditempel dengan foto-foto orang berpenyakit karena rokok, sebenarnya di luar negeri sudah dilakukan sejak 2002. Bahkan, di luar negeri, harga rokok dimahalkan, iklan dilarang, tempat merokok dikurangi, dan diberi foto efek perokok pada bungkus itu, tinggal Indonesia yang belum terapkan tiga lainnya.

Intinya, untuk orang tua yang suka merokok hanya ada dua pilihan. Pertama, bikin pernyataan dosa pada anak, bahwa Anda salah telah merokok dan minta agar anak anda tidak mengikuti jejak Anda. "Atau kedua, berhenti merokok total, ini agar anak tidak meniru perbuatan orang tuanya," Fuad.

Sumber: republika.co.id