JAKARTA -
Rokok jelas ditentang oleh otoritas kesehatan karena dapat menimbulkan banyak penyakit berbahaya. Namun perjuangan untuk menekan konsumsi rokok di Indonesia sulit karena selalu dibenturkan dengan masalah ekonomi.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut Indonesia merupakan pasar rokok tertinggi ke dunia setelah China dan India. Pada tahun 2014 misalnya tercatat sekitar 352 miliar batang rokok dihasilkan dan dikonsumsi oleh sekitar 36,3 persen penduduk Indonesia yang dikategorikan sebagai perokok.

Menteri Kesehatan RI Profesor Dr dr Nila Moeloek, SpM(K), mengatakan meski demikian pihaknya selalu berusaha menekan konsumsi rokok. Bila memang ekonomi yang menjadi masalah, terutama untuk para petani tembakau, maka setidaknya pemerintah dapat mengurangi atau bahkan menghentikan impor tembakau.

"Kami meminta ke Presiden salah satunya dengan impor tembakau untuk dikurangi bahkan di-stop. Jadi petani tembakau tetap masih mampu (produksi -red)," kata Menkes Nila dalam peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Senin (15/5/2017).

"Harapannya ini akan mengurangi juga produknya," lanjut Nila.

Data dari Kementerian Perindustrian menyebut dalam setahun petani lokal dapat memproduksi sekitar 200 ribu ton tembakau. Jumlah tersebut masih kurang untuk memenuhi kebutuhan pabrik sehingga tembakau juga diimpor sekitar 400 ribu ton pada tahun 2015.

Angka impor tersebut diprediksi akan meningkat lebih tinggi lagi jadi 500-600 ribu ton bila Rancangan Undang-undang (RUU) Pertembakauan diloloskan. "Kami tetap menolak (RUU Pertembakauan), pastilah. Kami mesti menjaga kesehatan masyarakat," pungkas Nila.

Sumber: Detik.com